Koalisi keempat, 1806–1807
Setelah mengalahkan tentara Prusia dalam pertempuran Jena-Auerstedt, tentara Perancis memasuki Berlin pada tanggal 17 Oktober 1806
Koalisi keempat terbentuk beberapa bulan setelah runtuhnya koalisi ketiga dan terdiri dari Prusia, Rusia, Saxon, Swedia, dan Inggris. Pada bulan Juli 1806, Napoleon membentuk Konfederasi Rhein untuk menyatukan negara-negara kecil di Jerman.
Akibat terpecahnya kerajaan-kerajaan Jerman, dan atas desakan Napoleon, Kaisar Franz II dari Austria menyatakan bubarnya Kekaisaran Romawi Suci yang dipimpinnya pada tanggal 6 Agustus 1806. Sejak itu berakhirlah suatu imperium longgar bangsa-bangsa Jerman yang berlangsung hampir selama 850 tahun.
Karena tidak bisa menerima hal ini, Friedrich Wilhelm III dari Prusia, yang merupakan anggota imperium, pada bulan yang sama membuat keputusan yang berani dengan menyatakan perang secara terpisah melawan Perancis dan negara-negara koalisi. Di bulan September, Napoleon menggerakkan seluruh pasukannya yang berada di timur Rhein. Napoleon sendirilah yang mengalahkan tentara Prusia di Jena pada tanggal 14 Oktober 1806, dan Marsekal Davout mengalahkan lainnya di Auerstädt pada hari yang sama. Sekitar 160 ribu tentara Perancis (jumlah yang bertambah terus seiring dengan kemenangan-kemenangan yang diraih Napoleon) menyerang Prusia dengan strategi yang jitu disertai pergerakan yang cepat, sehingga berhasil menghancurkan kekuatan militer yang lebih besar dan kuat yaitu sekitar seperempat juta tentara Prusia; dengan korban jiwa 25 ribu orang, menahan sekitar 150 ribu orang, menyita 4 ribu artileri, serta lebih dari 100 ribu musket di Berlin.
Sebenarnya Napoleon hanya melawan satu detasemen tentara Prusia saja di Jena. Di Auerstädt-lah pertempuran besar terjadi, melibatkan satu korps tentara Perancis mengalahkan tentara Prusia yang berjumlah sangat besar. Napoleon memasuki Berlin pada tanggal 27 Oktober 1806. Dia mengunjungi makam Friedrich yang Agung dan menginstruksikan seluruh marsekalnya untuk melepas topi mereka untuk memberi penghormatan seraya berucap
“ Jika Friedrich yang Agung masih hidup, tentulah kita tidak akan sanggup berada di sini sekarang ”
Dalam perang melawan Prusia ini, Napoleon hanya membutuhkan waktu 19 hari saja untuk menyerang tentara Prusia di Jena dan Auerstädt, mengalahkannya, dan akhirnya menduduki Berlin. Hal ini sangat fantastis dan brilian, karena sebaliknya Prusia yang sudah bertempur selama 3 tahun sejak keiikutsertaan dalam koalisi pertama hanya sedikit saja memperoleh keberhasilan.
Selama konflik ini tercatat Malta mengirimkan bantuan kepada Rusia dan Prusia dengan harapan mereka mendapat aliansi politis melawan Napoleon dan Perancis, akan tetapi hal ini tidak berhasil karena bajak laut di sekitar Pantai Barbari menghadang dan merampas bantuan tersebut.
Babak selanjutnya dari peperangan era Napoleon ini, adalah dipaksanya Rusia keluar dari Polandia oleh Perancis dan didirikan negara baru bernama Kadipaten Warsawa. Kemudian Napoleon beralih ke utara untuk berhadapan dengan sisa-sisa tentara Rusia, dan berusaha untuk menduduki ibukota sementara Prusia, Koenigsberg. Dengan taktik berpindah di Pertempuran Eylau (7 Februari – 8 Februari 1807), Perancis berhasil memaksa Rusia mundur ke utara lebih jauh lagi. Lalu Napoleon mengepung mereka di Friedland (14 Juni 1807). Akibat kekalahan ini, Tsar Alexander terpaksa mengadakan perdamaian dengan Napoleon di Tilsit (7 Juli 1807). Pada bulan September, Marsekal Brune secara menyeluruh berhasil menduduki Pomerania. Meskipun demikian, dia tetap mengizinkan pasukan Swedia yang kalah untuk mundur bersama peralatan perang mereka.
Lanjutkan >>
Setelah mengalahkan tentara Prusia dalam pertempuran Jena-Auerstedt, tentara Perancis memasuki Berlin pada tanggal 17 Oktober 1806
Koalisi keempat terbentuk beberapa bulan setelah runtuhnya koalisi ketiga dan terdiri dari Prusia, Rusia, Saxon, Swedia, dan Inggris. Pada bulan Juli 1806, Napoleon membentuk Konfederasi Rhein untuk menyatukan negara-negara kecil di Jerman.
Akibat terpecahnya kerajaan-kerajaan Jerman, dan atas desakan Napoleon, Kaisar Franz II dari Austria menyatakan bubarnya Kekaisaran Romawi Suci yang dipimpinnya pada tanggal 6 Agustus 1806. Sejak itu berakhirlah suatu imperium longgar bangsa-bangsa Jerman yang berlangsung hampir selama 850 tahun.
Karena tidak bisa menerima hal ini, Friedrich Wilhelm III dari Prusia, yang merupakan anggota imperium, pada bulan yang sama membuat keputusan yang berani dengan menyatakan perang secara terpisah melawan Perancis dan negara-negara koalisi. Di bulan September, Napoleon menggerakkan seluruh pasukannya yang berada di timur Rhein. Napoleon sendirilah yang mengalahkan tentara Prusia di Jena pada tanggal 14 Oktober 1806, dan Marsekal Davout mengalahkan lainnya di Auerstädt pada hari yang sama. Sekitar 160 ribu tentara Perancis (jumlah yang bertambah terus seiring dengan kemenangan-kemenangan yang diraih Napoleon) menyerang Prusia dengan strategi yang jitu disertai pergerakan yang cepat, sehingga berhasil menghancurkan kekuatan militer yang lebih besar dan kuat yaitu sekitar seperempat juta tentara Prusia; dengan korban jiwa 25 ribu orang, menahan sekitar 150 ribu orang, menyita 4 ribu artileri, serta lebih dari 100 ribu musket di Berlin.
Sebenarnya Napoleon hanya melawan satu detasemen tentara Prusia saja di Jena. Di Auerstädt-lah pertempuran besar terjadi, melibatkan satu korps tentara Perancis mengalahkan tentara Prusia yang berjumlah sangat besar. Napoleon memasuki Berlin pada tanggal 27 Oktober 1806. Dia mengunjungi makam Friedrich yang Agung dan menginstruksikan seluruh marsekalnya untuk melepas topi mereka untuk memberi penghormatan seraya berucap
“ Jika Friedrich yang Agung masih hidup, tentulah kita tidak akan sanggup berada di sini sekarang ”
Dalam perang melawan Prusia ini, Napoleon hanya membutuhkan waktu 19 hari saja untuk menyerang tentara Prusia di Jena dan Auerstädt, mengalahkannya, dan akhirnya menduduki Berlin. Hal ini sangat fantastis dan brilian, karena sebaliknya Prusia yang sudah bertempur selama 3 tahun sejak keiikutsertaan dalam koalisi pertama hanya sedikit saja memperoleh keberhasilan.
Selama konflik ini tercatat Malta mengirimkan bantuan kepada Rusia dan Prusia dengan harapan mereka mendapat aliansi politis melawan Napoleon dan Perancis, akan tetapi hal ini tidak berhasil karena bajak laut di sekitar Pantai Barbari menghadang dan merampas bantuan tersebut.
Babak selanjutnya dari peperangan era Napoleon ini, adalah dipaksanya Rusia keluar dari Polandia oleh Perancis dan didirikan negara baru bernama Kadipaten Warsawa. Kemudian Napoleon beralih ke utara untuk berhadapan dengan sisa-sisa tentara Rusia, dan berusaha untuk menduduki ibukota sementara Prusia, Koenigsberg. Dengan taktik berpindah di Pertempuran Eylau (7 Februari – 8 Februari 1807), Perancis berhasil memaksa Rusia mundur ke utara lebih jauh lagi. Lalu Napoleon mengepung mereka di Friedland (14 Juni 1807). Akibat kekalahan ini, Tsar Alexander terpaksa mengadakan perdamaian dengan Napoleon di Tilsit (7 Juli 1807). Pada bulan September, Marsekal Brune secara menyeluruh berhasil menduduki Pomerania. Meskipun demikian, dia tetap mengizinkan pasukan Swedia yang kalah untuk mundur bersama peralatan perang mereka.
Lanjutkan >>
0 comments:
Post a Comment